Astaga...! Aku Diculik, Diperkosa dan Dipaksa Menikah Astaga...! Aku Diculik, Diperkosa dan Dipaksa Menikah - Blog Manado - Tutorial Web Design

Astaga...! Aku Diculik, Diperkosa dan Dipaksa Menikah

Astaga...! Aku Diculik, Diperkosa dan Dipaksa Menikah
Share
Saat membaca semua cerita nyata di website thebinde.com ini, aku jadi tertarik untuk ikut berbagi kisah yang selama ini masih membayangi pikiranku, cerita yang selalu membuatku merasa bersalah pada dunia, alam dan diriku sendiri, cerita sedih mengharukan yang sampai sekarang membuatku terkucilkan dari dunia dan merasa tak pantas untuk siapa-siapa, cerita yang menghancurkan segalanya dan sulit untukku bangun lagi.

Aku wanita umur 23 tahun, melalui tulisan ini aku ingin menceritakan kehidupan pahit yang kujalani beberapa tahun lalu. Sudah lama rasanya, tapi cerita itu masih seperti sinetron panjang yang bergelayut di pikiranku dan tiada endingnya. Hanya selalu mengulang dan mengulang yang membuat hatiku semakin teriris dan sakit.

Saat itu aku duduk di bangku SMA kelas 2, seperti biasa aku jalani hari-hariku layaknya anak sekolah. Di sekolah aku siswi yang cukup di kenal, selain aku adalah anggota OSIS aku termasuk siswi pandai dan memiliki bakat di bidang seni, salah satunya di bidang tarik suara.

Banyak guru-guru yang terkesan dengan suaraku, sehingga aku sering mengikuti lomba nyanyi solo perwakilan kelas atau sekolahku dan alhamdulillah aku selalu meraih juara dan masuk 3 besar terbaik. Aku bangga pada diriku saat itu, aku punya banyak teman, guru-guru yang menyayangiku, serta keluarga yang selalu mendukung bakatku, hingga aku punya mimpi untuk menjadi penyanyi yang terkenal nanti, dan aku yakin itu.

Awal Cerita, Impianku

Bersamaan dengan mimpiku itu, salah seorang guru kesenian mengajakku untuk bergabung di grup musik miliknya, guruku berjanji akan memberiku banyak pelajaran di bidang tarik suara dan menjadikan aku sebagai penyanyi yang baik.

Tentu saja aku tertarik, aku menerima tawaran guruku dan bernyanyi di grup musik miliknya, orang tuaku juga setuju dengan itu. Tugasku serasa bertambah, pagi hari aku harus sekolah, dan malam hari aku harus bernyanyi, tapi hal itu tidak menurunkan prestasi belajarku, aku tetap menjadi yang terbaik di kelas, hanya waktu untuk beristirahat saja yang berkurang.

Setahun sudah aku menjadi seorang biduwanita muda, semua orang juga sudah mengenalku, penyanyi-penyanyi lokal dan berbagai grup musik juga sudah mengajakku bergabung, tapi aku hanya percaya pada 3 grup musik saja yang bisa menjaga keamananku, karena tujuanku sebenarnya bukan untuk mencari uang, tapi hanya untuk menggali potensi yang kumiliki karena obsesiku untuk meraih mimpi-mimpiku.

Di tengah indahnya alunan musik, malam itu sepasang mata tajam menatapku, sepasang mata yang seakan-akan ingin memangsaku, aku melihatnya dan aku menyadarinya, mata itu memandangku tiada hentinya. Dia teman guruku seorang pemuda berpakaian rapi keliatan tegak dan seperti memilki jabatan, sebut saja namanya Raldi.

Aku berkenalan dan menjalin pertemanan dengannya, di sinilah awal kehancuranku. Raldi, dia sosok pria yang dikagumi banyak biduwanita, dia juga pernah menjalin hubungan dengan teman sesama panggungku namun entah kenapa mereka putus.

Dijebak

Aku menjalin hubungan baik dengannya, tidak ada yang spesial dari hubungan kami. Tapi entah mengapa dia selalu memberikan perhatian yang lebih bahkan sering kali mengirim pulsa di nomor ponselku dengan jumlah yang lumayan banyak, sebagai perempuan aku juga cukup paham maksud dari itu, tapi sikapku hanya biasa dan tidak pernah merespon tindakan itu.

Sampai suatu hari aku menjelaskan bahwa aku hanya ingin berteman dan tidak lebih, karena saat ini aku fokus pada sekolah yang sebentar lagi akan menajalani UAN lagian aku juga punya tunangan yang di jodohkan oleh orang tuaku, dia menerima penjelasanku.

Dan kesesokan harinya aku menerima sms dari Raldi yang isinya, dia ingin mengajakku makan siang sepulang sekolah nanti, awalnya aku menolak dengan alasan aku harus pulang cepat dan harus belajar, tapi dia membujuk dan berkata bahwa setelah ini dia tidak akan menggangguku lagi, dia berjanji akan itu, dan akhirnya aku iyakan.

Disinilah awal kehancuran itu, sebuah pesta makan siang yang menghancurkan segalanya. Raldi menjemputku sepulang sekolah, alasan untuk mengajakku makan, tapi mengapa dia membawaku terlampau jauh, pikirku jika hanya ingin makan di dekat sekolah juga ada, namun dia membawaku jauh dari kota, aku tak tahu tempatnya, yang kulihat hanya ada pantai dan banyak rumah-rumah kecil.

Dia mengajakku memasuki rumah kecil itu, aku takut dan sempat menolak dan rasanya aku ingin kabur, tapi aku tak tahu tempat itu apa, aku mulai meronta dan menangis, dan dia mencoba menenangkanku lalu ia menjelaskan padaku, ternyata dia sudah merencanakan semuanya, dia menyewa salah satu rumah kecil itu dari jauh-jauh hari.

Dan yang paling menyakitkan lagi dia menipuku dan tak memperdulikan tangisanku, dia menarikku ke rumah itu, aku berteriak dan meronta tapi tak ada siapa-siapa di sana, kekuatanku tak sanggup mengalahkan keinginannya, nafsunya untuk menguasaiku semakin menjadi-jadi, semakin aku melawan semakin kuat pula dia berusaha mendapatkanku.

Sampai dia berhasil menarikku ke kamar dan mengunci pintunya, aku semakin takut ketika dia membuka semua pakaiannya di hadapanku, aku hanya bisa menangis, keringat dingin membasahi wajahku aku menggigil dan memohon agar tidak merenggut keperawanku, tapi kegilaannya untuk bercinta terlalu besar, sampai akhirnya pakaian sekolahku disobek, dia melucuti seragam yang menempel di tubuhku, usahaku untuk menghindar sia-sia, kekuatanku tidak berbanding dengan hasratnya dan akhirnya…..oohhh....

Keperawananku terenggut pada hari itu juga.

Aku tak tahu karma apa yang sedang menimpaku, saat itu rasanya aku ingin mati saja, serasa kehidupan tak bersamaku lagi, apa yang bisa aku banggakan lagi, di usia 18 tahun aku sudah tidak perawan lagi, siapa yang akan menerimaku dengan keadaan yang seperti ini.

Aku merahasiakan hal ini dari semuanya, hanya aku dan dunia yang tahu betapa hancurnya kehidupanku saat itu, namun aku tidak pernah berpikir untuk bunuh diri, karena ku tahu pasti aku bisa melewatinya dengan sabar.

Aku mulai berpikir jernih, mengapa aku tidak meminta pertanggungjawaban atas perlakuannya, aku tidak mungkin menikah dengan orang lain sementara orang yang merenggut mahkotaku tertawa lepas.

Malam itu aku menelponnya, aku menceritakan keinginanku padanya, tanggungjawab yang kuminta darinya di terima dengan baik, tapi dengan syarat, aku harus mau menuruti keinginannya saat dia ingin bercinta, serasa sesak nafasku saat itu, laki-laki bejat ini benar-benar menguasaiku, jika tidak kuturuti siapa yang akan bertanggungjawab atas ini, tidak mungkin aku menikah dengan tunanganku dengan keadaan yang seperti ini.

Putus Asa

Tuhan… saat itu aku benar hilang arah, aku hanya ingin keadilan atas harga diriku tapi kenapa sangat sulit. Akhirnya aku menjalin hubungan dengannya, aku tak tahu apakah aku mencintainya atau tidak, yang aku tahu hanyalah aku hanya meminta hak atas harga diriku.

Sering dia mengajakku keluar dan aku tahu tujuannya apa, aku juga sering menolak, tapi jika aku sering menolak dia mengancamku untuk melepaskanku dan tidak akan bertanggungjawab, aku takut dan aku menurutinya.

Sampai pada akhirnya aku pun lelah dengan iming-imingnya, aku merasa aku di perbudak oleh nafsunya, aku merasa dia tak akan mau bertanggungjawab dia hanya menjadikanku sebagai mainan yang akan diambilnya kapan saja dia mau.

Aku sangat lelah dengan semuanya, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya, aku tidak lagi mengejar hak atas harga diriku, aku mengikhlaskan segalanya, aku pasrah kepada yang Kuasa, jika nantinya aku hanya aib di keluarga, maka aku siap untuk di buang, itulah keputusanku saat itu.

Raldy mengetahui keputusanku, dia mencoba menghubungiku dan mendatangi sekolahku, aku tidak ingin bertemu dengannya, aku selalu menghindar, aku tak mau lagi jadi budak nafsunya. Dan pada malam itu aku menerima pesan singkat darinya bahwa dia akan bertanggungjawab atas perbuatannya, dia meminta maaf, di juga berjanji padaku tidak akan meminta hal itu lagi asal aku mau kembali padanya.

Tapi aku adalah wanita yang punya prinsip, sekali aku memutuskan sesuatu hal, maka aku tidak akan mengubahnya. Aku tak merespon sms Raldy, aku tidak ingin lagi menjalin hubungan dengannya, aku mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, bagiku ini takdir dan aku tidak ingin menambah dosa lagi karena ingin kembali padanya.

Diculik dan Dipaksa Menikah

Kisah panjang ini berlanjut, Raldi tidak menerima keputusanku untuk meninggalkannya, aku akui dia pria yang sangat egois dan tidak kenal putus asa, dia melakukan berbagai macam cara untuk menjeratku lagi, mulai dari mengantarkan makan siang di sekolahku, mengisi pulsa di nomor hp setiap hari, bahkan dia pernah diam-diam membayar semua tagihan buku-buku pelajaranku, namun aku tidak tergoda, aku tetap pada prinsipku, bahwa menjauh darinya adalah hal yang terbaik.

Usahanya untuk membujukku selalu gagal, sampai pada akhirnya dia bermohon-mohon di hadapanku dan menangis, hatiku tak tergerak sedikitpun, dan akhirnya dia berjanji, kali ini dia bersungguh-sungguh, untuk yang terakhir kalinya dia memintaku untuk makan lagi dengannya, dia memohon agar aku mau dia janji setelah ini dia akan pergi untuk selama-lamanya, karena aku ingin bebas darinya akupun mengiyakan tapi dengan syarat hanya aku yang menentukan tempat makan nanti.

Aku naik ke mobil dan pergi dengannya, di perjalanan dia memberiku sebotol air mineral untuk meminumnya, dan setelah aku meminum air mineral itu aku merasa tenang tak ada beban, semua beban di pikiranku serasa hilang, dan aku tertidur.

Dan saat aku terbangun betapa kagetnya aku saat kudapati diriku berada tengan-tangah laut dan di kerumuni orang-orang yang tak kukenal, aku panik, aku tak tak tahu tempat apa ini, aku berlari namun yang kutemui hanya anak tangga di setiap sudut, aku menaiki anak tangga itu dan setibanya di atas aku kaget serasa detak jatungku berhenti saat itu juga.

Tuhan… apa lagi ini, hatiku menangis saat ku saksikan ragaku berada jauh dari tempat tinggalku, aku di atas kapal penumpang yang akan menuju Jaya Pura. Raldi bersamaku, sekali lagi dia menjebakku, kali ini dia benar-benar menguasaiku, aku sungguh tidak berdaya, aku merasa Tuhan tidak adil padaku, ujian ini begitu berat, aku hidup tapi serasa sudah melihat neraka dari dekat.

Di kota hitam manis itu, Raldi menikahiku, aku hidup dengannya, hanya berdua tak ada keluarga tak ada siapapun. Disana Raldi memenuhi tanggungjawabnya sebagai suami, dia berkerja keras untuk memenuhi kebutuhanku, dia tidak ingin aku menderita, sampai dalam keadaan sakitpun dia memaksakan diri untuk bekerja, itu karena agar aku tidak tidur di emperan toko, di kota besar itu kita berjuang melawan nasib.

Tapi ada satu hal yang paling kubenci darinya, sikapnya yang cemburuan kerapkali ingin membunuhku, setiap kali rasa cemburu itu datang, dia mengurungku berhari-hari di kamar, tidak bisa bertemu dengan siapa-siapa, kadang aku merasa bahwa aku bukan istrinya tapi tawanannya.

Kembali ke Rumah

Sering kali dia hampir membunuhku hanya karena persoalan kecil. Aku tak tahan dengan sikapnya yang seperti itu, sudah sering kali aku coba untuk kabur tapi selalu saja gagal. Sampai pada suatu hari aku beranikan diri untuk mengabari keluargaku di kampung dan memberitahu keadaanku di Papua.

Keluargaku ingin aku pulang, mereka semua membujukku tapi aku takut, berbicara pulang saja Raldi sudah murka, akhirnya aku diam-diam memberikan alamat lengkap kepada ibuku. Dimana saat itu suamiku tidak sedang di rumah, dia juga membawa hp, dan memang dia tidak pernah membiarkanku menyentuh hp karena takut aku menelpon keluargaku, tapi hari itu Tuhan menolongku.

Aku tahu hari itu adalah hari terakhir aku bersamanya, aku melayaninya dengan baik, bahkan untuk pertama kalinya aku tidak meronta saat dia meminta berhubungan intim denganku, dengan senang hati aku turuti, pikirku ini adalah hari terakhirmu bercumbu denganku, dia juga tak heran dengan sikapku yang berubah drastis, kami menikmati permainan itu, dan harus aku akui untuk pertama kalinya aku merasakan kenikmatan saat berhubungan.

Dan sore harinya 5 orang dari kepolisian datang menjemputku dan berhasil membawaku pulang, awalnya ada pertengkaran antara polisi, suamiku dan pak RT, tapi pihak kepolisian sudah menjelaskan bahwa aku telah diculik dan dibawa kesini, setelah percakapan panjang lebar, akhirnya suamiku harus ikhlas melepasku.

Aku rasa 6 bulan adalah waktu yang cukup untuk memilikiku, dan sekarang saatnya aku kembali. Ada rasa sedih dan kasihan saat meninggalkannya, namun aku juga merasa sangat lega karena aku bisa lepas darinya. Sekarang aku melanjutkan pendidikanku yang sempat tertunda, orang tuaku sangat menyayangiku dan selalu memberiku motivasi dalam menghadapi hidup yang keras ini, namun aku benci pada diriku sendiri, aku selalu menyesali perbuatanku dulu.

Aku tidak lagi menjadi seorang biduwanita, aku jalani hidupku dengan apa adanya. Dan mimpi-mimpiku dulu telah berakhir bersama kisahku kemarin, aku tidak tertarik lagi untuk menjadi seorang penyanyi terkenal, bahkan untuk bermimpi pun aku tak mau.

Sekarang aku hanya fokus pada kuliah yang tinggal beberapa semester lagi. Oh,, yah… Aku juga menutup diriku untuk pria, aku takut pria yang ingin mendekatiku hanya untuk main-main saja, aku pikir tak ada satupun dari mereka yang bisa menerimaku dengan status seperti ini.

Harus aku akui,,, hidup sebagai janda muda itu harus tahan banting. ( oohh, jadi dibanting kekanan dan kekiri tetep oke gitu ? | komentar mas Bagong )

Tidak peduli berapa banyak hinaan yang penting aku hidup tidak menyusahkan orang, ada keluargaku yang menyayangiku, semoga cerita sedih ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua, jangan putus asa, dan tetap semangat. Allah bersama kita.

Link: ManadoCerdas.

0 Response

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel